Translate

Sunday, March 25, 2018

Miniriset ~ Perkembangan Sosial Fase Kanak-kanak


KATA PENGANTAR

Puji  syukur  saya  panjatkan  kehadirat  Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya berhasil menyelesaikan mini riset yang berjudul “Mini Riset Perbandingan Sosial Anak Desa dan Kota”. Guna  memenuhi  tugas  Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik di Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan.
Akhirnya sebagai pihak yang telah memberikan bantuan fisik, moral, serta material hingga terselesainya mini riset ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Ibu Nurhayani, S.Ag., SS., M.Si.  
2.      Orang tua, serta pihak keluarga yang memberikan dukungan baik moril maupun materiil   kepada penulis.
3.      Semua pihak yang paling tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan tugas mini riset ini.
Dengan  penuh  kesadaran  saya  menyadari  bahwa dalam  penyusunan Mini Riset  ini masih  jauh  dari  sempurna. Untuk  itu  kritik  dan  saran yang membangun sebagai kesempurnaan  sela  penulis  harapkan,  demikian  Mini Riset  ini  semoga  dapat  bermanfaat bagi  perkembangan  ilmu  pengetahuan  serta  pihak-pihak  yang  membutuhkan.






Medan, 9 Januari 2018

Penyusun


DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. 1
Daftar Isi............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................................... 5
     2.1 Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini................................................ 5
     2.2 Pengertian Perkembangan Sosial.............................................................................. 5           
2.3 Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial........................................................................ 6
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial...................................... 7
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN....................................................................... 9
3.1    Metode penelitian................................................................................................... 9
3.2    Lokasi observasi..................................................................................................... 9
3.3    Objek penelitian...................................................................................................... 10
3.4    Teknik pengumpualan data..................................................................................... 10
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................. 11
      4.1 Identitas Objek........................................................................................................ 11
      4.2 Analisa..................................................................................................................... 13
BAB V PENUTUP............................................................................................................ 17
      5.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 17
      5.2 Saran........................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi, dan bekerja sama.
Begitu juga dengan halnya seorang anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial anak harus belajar tentang cara-cara penyesuaian diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya.[1]
Dalam penelitian saya ini yang berbentuk Mini Riset, saya akan membahas perkembangan sosial anak-anak fase kanak-kanak awal.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana perkembangan sosial pada fase kanak-kanak awal?
b.      Bagaimana perkembangan sosial antara anak yang di kota dan di desa?

1.3  Tujuan Penelitian
Mengetahui perkembangan sosial bagi anak-anak awal, baik dari segi teori dan pengamatan yang saya lakukan.
Mengetahui perkembangan sosial antara anak yang di kota dan di desa.




BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini/ Masa Kanak-kanak Awal
            Karakteristik (bahasa inggris: characteristic) diartikan sebagai sifat yang khas. Jadi, karakteristik perkembngan sosial anak usia dini dapat diartikan dengan ciri khas berbagai perubahan terkait dengan kemampuan anak usia 0-6 tahun dalam menjalin relasi dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain untuk mendapatkan keinginannya.
            Dalam artian anak yang dikatakan usia dini, pemerintah mengelompokan menjadi beberapa tahap dan rentang waktu berikut ini:
1.                  Tahap Usia 0-2 Tahun
a.    0-3 bulan
b.    4-6 bulan
c.    7-9 bulan
d.   10-12 bulan
e.    13-18 bulan
f.     19-24 bulan
2.                  Tahap Usia 2-4 Tahun
a.    2-3 tahun
b.    3-4 tahun
3.                  Tahap Usia 4-6 Tahun
a.    4-5 tahun
b.    5-6 tahun[2]
Terdiri dari 3 tahap usia yang telah dikelompokan oleh pemerintah, namun yang menjadi objek penelitian dan pembahasan dalam penelitian saya yaitu Tahap usia 2-4 Tahun. Dimana pada usia 2-3 tahun anak mulai menjalin hubungan pertemanan. Dalam hubungan pertemanan tersebut, anak ingin disukai oleh teman-temannya. Anak ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai memahami bahwa fungsi pertemanan adalah untuk berbagi, memberi dukungan, bergantian, dan berbagai keterapilan sosial lainnya.[3] Pada usia ini anak juga mulai bisa bermain peran dalam suatu permainan (misalnya menjadi dokter, perwat atau pasien, menjadi penjaga toko atau pembeli).
Hubungan pertemanan anak mulai meningkat di usia 3-4 tahun. Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan berkembangnya aspek moralitas pada anak. Anak mulai mengenali mana yang benar dan mana yang tidak benar. Anak mulai memahami tentang berbohong dan mengapa ia tidak boleh berbohong, serta memahami tentang kesalahan (mengapa berbuat salah dan apa yang harus dilakukan untuk kesalahannya). Perkembangan aspek moralitas tersebut juga menjadikan anak dapat bermain bersama dengan teman-temannya (bermain kooperatif).[4]
2.2 Pengertian Perkembangan Sosial
Perkembangan  psikososial/sosial merupakan kemampuan untuk  beradaptasi terhadap orang lain. Perkembangan ini sangat berpengaruh terhadap cara anak bersosialisasi terhadap ingkungan sekitar.[5]
Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi serta meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja keras. Tak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya. Interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki manusia. Di dalam Islam manusia memiliki tanggung jawab sosial yang berat.[6]
 Dalam perkembangan psikososial, aspek yang paling penting dalam perkembangan psikososial yang terjadi pada masa kanak-kanak awal/usia dini, diantaranya permainan, hubungan dengan orang tua,  perkembangan teman sebaya, perkembangan gender, permainan dan aktivitas, kualitas personal dan moral.[7]


2.3 Bentuk- Bentuk Tingkah Laku Sosial
            Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan tingkah laku sosial dalam interaksi sosial diantaranya:
1.                  Pembangkang (negativisme)
   Tingakah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun.

2.                  Agresi (Agression)
               Agresi adalah perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti:mencubit, mengigit, menendang, dan lain sebagainya.

3.                  Berselisih (clashing)
   Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain. Anak-anak selalu berselisih pendapat tentang suatu masalah. Misalnya mereka berselisih dalam peraturan permainan yang sedang mereka mainkan.

4.                  Menggoda (Teasing)
    Mengoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.

5.                  Persaingan (Rivaly)
     Persaingan adalah keinginan untuk melebihi orang lain  dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestise. 

6.                  Kerjasama (Coopration)
    Sikap mau bekerjasama dengan orang lain mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun. Sikap yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain bersama. Belajar berkellompok dapat membantu anak mengembangkan sikap kerjasama.
7.                  Tingkah Laku Berkuasa (Ascendat behavior)
    Tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bos. Wujud dari sikap ini adalah memaksa, meminta, menyuruh, mengancam, dan sebagainya.

8.                  Mementingkan Diri Sendiri (Selffishness)
    Sikap egosentri dalam memenuhi interest atau keinginannya sendiri. Anak-anak menyukai hal-hal yang menguntungkan dirinya. Mereka melakukan sesuatu hal yang dapat menyenangkan dirinya, meskipun hal itu kadang-kadang bertentangan dengan kepentingan atau bahkan merugikan orang lain.

9.                  Simpati (Sympaty)
  Simpati merupakan sikap emosianal yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendakati atau bekerjasama dengan dirinya. Mereka rela berbagi apa yang mereka miliki. [8]
2.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
            Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Sosial seorang anak terbagi menjadi 3 faktor, diantaranya:
1.                  Faktor Hereditas/ Nature
Faktor hereditas/ Nature merupakan karakteristik bawaan yang diturunkan dari orangtua biologis atau orangtua kandung kepada anaknya. Mudahnya, faktor hereditas ini berhubungan dengan hal-hal yang diturunkan dari orang tua kepada anak cucunya. Jadi dapatlah dikatakan, faktor hereditas/ nature merupakan pemberian biologis sejak lahir. [9]
Pada sudut pandang hereditas, karakteristik seorang anak dipengaruhi oleh gen yang merupakan karakteristik bawaan yang  diwariskan (genotif) dari orangtuanya, yang akan terlihat sebagai karakteristik yang dapat diobservasi (fenotif). Gen merupakan cetak biru dari perkembangan yang tetap diturunkan dari generasi ke generasi. Fentif merupakan karakter individu yang terlihat langsung oleh mata sehari-hari yang tercipta ari cetak biru tersebut. Gen orangtua diwariskan kepada anak-anaknya melalui orangtuanya pada saat pembuahan.[10] Gen yang diterima anak dari orangtuanya pada saat pembuahan akan berpengaruh terhadap karakteristik dan keterampilan anak dikemudian hari.
Pada disiplin ilmu pendidikan, orang yang mempercayai bahwa perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh faktor hereditas disebut dengan aliran nativisme. Pelopornya adalah Sahopenhauer. Aliran tersebut berpendapat bahwa perkembngan anak telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawanya sejak lahir. Hereditas oleh aliran ini disebut juga dengan pembawaan.
Dalam perspektif hereditas, perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi oleh bakat dan sifat-sifat keturunan.
a.                  Bakat
 Bakat diibaratkan seperti bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan yang terkandung pada diri anak. Setiap anak memiliki berbagai macam bakat sebagai pembanwaannya, seperti bakat musik, seni, host, dan lainnya. Bakat yang dimiliki oleh seorang anak pada dasarnya diwarisi oleh orangtuanya, bisa bapak atau ibunya atau bahkan nenek moyangnya. Bahkan kecedasan sosial dan emosional seorang anak juga dipengaruhi oleh bakatnya.
b.                  Sifat-sifat keturunan
 Sifat-sifat keturunan yang diwariskan oleh orangtua atau nenek moyangnya pada seorang anak dapat berupa fisik maupun psikis. Mengenai fisiknya, seperti bentuk hidung, bentuk badan, dan suatu penyakit. Sementara mengenai psikisnya, seperti sifat pemalas, sifat pemarah, pandai, gemar bicara, gemar bergaul, supel dan lain sebagainya.[11]

2.                  Faktor lingkungan/ Nurture
  Faktor lingkungan diartikan sebagai kekuatan yang kompleks dari dunia fisik dan sosial yang memiliki pengaruh terhadap susunan biologis serta pengalaman psikologis, termasuk pengalaman sosial anak sejak sebelum ada dan sesudah ia lahir. Faktor lingkungan ini meliputi semua pengaruh lingkungan, termasuk didalamnya pengaruh-pengaruh keluarga, sekolah, dan masyarakat.[12]




BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1    Metode Penelitian
 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan penelitian tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan dan fakta yang relevan. Informasi faktual yang dicari dengan mendeskripsikan fakta-fakta yang ada. Dengan metode kualitatif ini, diharapkan dapat menggali data-data tentang perkembangan sosial fase kanak-kanak awal (usia 4 tahun). Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat dan mengkaji data-data faktual tentang kegiatan sehari-hari  yang terjadi di lapangan, kemudian mendeskripsikan hasil temuan dalam bentuk tulisan.
   Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang jenis datanya bersifat nonangka. Bisa berupa kalimat, pernyataan, dokumen, serta data lain yang bersifat kualitatif untuk dianalisis secara kualiatif. Menurut Denzin & Licoln, penelitian kualitatif merupakan fokus perhatian dengan beragam metode yang mencakup pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap subjek kajiannya. Hal ini berarti bahwa para peneliti kualitatif mempelajari benda-benda di dalam konteks alaminya, yang berupaya untuk memahami, atau menafsirkan, fenomena dilihat dari sisi makna yang dilekatkan manusia (peneliti) kepadanya.
Menurut Strauss & Corbin, istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang riwayat dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.[13]

3.2    Lokasi Observasi
Lokasi observasi adalah di Rumah saudara Diyan Pratama yang berlokasi di Jln. Tj.Anom, Desa Tandam  Hilir II, Kec. H. perak, Kab.Deli Serdang. Dan di Rumah saudara Fira Syafika yang berlokasi di Jln. Medan Area Selatan, Gg. Akusdi No 3A.

3.3     Objek Observasi
  Objek observasi adalah anak yang berusia 4 Tahun.
3.4    Teknik Pengumpulan Data
 Untuk menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.                  Wawancara
 Menurut Koentjaraningrat “Wawancara adalah cara yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk mendapatkan informasi dan secara lisan pembentukan responden, untuk berkomunikasi tatap muka.” Sedangkan menurut Lexy J. Moleong “Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan diwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu).” Metode wawancara ini dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab langsung dengan narasumber yang terkait yaitu Orangtua.

2.                   Observasi
      Menurut Suharsimi ArikuntoObservasi adalah pengamatan langsung dari lingkungan fisik atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berlangsung  yang mencakup semua kegiatan perhatian ke objek dengan menggunakan alat penilaian sensorik. Atau sautu pekerjaan yang dilakukan dengan sengaja dan sadar untuk mengumpulkan data dan melaksanakan prosedur yang sistematis dan tepat”. Metode observasi ini dilakukan dengan melalui pengamatan kegitan si anak tersebut.

3.                  Waktu Pelaksanaan
  Dilakukan pada tanggal 02 Desember 2017 sampai dengan penyelesaian pembuatan hasil penelitian.

4.            Dokumentasi
   Yaitu teknik untuk memperoleh data dari responden. Pada teknik ini, peneliti memperoleh informasi dari dokumen yang ada dari responden atau tempat dimana responden di wawancarai. Dokumen yang dikumpulkan seperti, gambar dari anak tersebut dan ketika ia sedang bermain.




BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Identitas Objek
§   Data Objek Pertama
-          Anak
       Nama                    :Diyan Pratama
       Tpt/ Tgl. Lahir      :Tj. Anom, 6 Desember 2013
       Umur                    :4 Tahun
       Agama                  : Islam
       Suku                     :Jawa
       Anak ke                :1 dari 2 bersaudara
       Sekolah                :TK Permata Sari, Tj. Anom, Tandam Hilir II
       Alamat                 :Jln. Tj.Anom, Tandam Hilir II, Kec. Hamparan Perak

-          Ibu
Nama                    :Mardiana
Tpt/ Tgl. Lahir      :Medan, 27 November 1976
Usia                      :41 Tahun
Agama                  : Islam
Suku                     :Jawa
Anak ke                :1
Tamatan               :SMA
Pekerjaan              :IRT (Ibu Rumah Tangga)
Alamat                 :Jln. Tj.Anom, Tandam Hilir II, Kec. Hamparan Perak

-          Ayah
Nama                    :Surianto
Tpt/ Tgl. Lahir      :Tj. Anom, 2 Februari 1979
Usia                      :39 Tahun
Agama                  : Islam
Suku                     :Jawa
Anak ke                :6
Tamatan               :SMA
Pekerjaan              :Wiraswasta
Alamat                 :Jln. Tj.Anom, Tandam Hilir II, Kec. Hamparan Perak

§   Data Objek Kedua
-          Anak
Nama                    :Fira Syahfika
Tpt/ Tgl. Lahir      :Medan, 3 Juni 2013
Umur                    :4 Tahun
Agama                  : Islam
Suku                     :Jawa
Anak ke                :1 dari 1 bersaudara
Sekolah                :Nurul Islam Indonesia (NII)
Alamat                 :Jln. Medan Area Selatan, Gg. Akusdi No.3A

-          Ibu
Nama                    :Dini Rafadilah          
Tpt/ Tgl. Lahir      :Medan, 15 Februari 1991
Usia                      :26 Tahun
Agama                  : Islam
Suku                     :Jawa
Anak ke                :2
Tamatan               :SMA
Pekerjaan              :IRT (Ibu Rumah Tangga)
Alamat                 :Jln. Medan Area Selatan, Gg. Akusdi No.3A

-          Ayah
Nama                    :Fitra Tata Larangga   
Tpt/ Tgl. Lahir      : Pangkalan Brandan, 27 Maret 1986
Usia                      :31 Tahun
Agama                  : Islam
Suku                     :Jawa
Anak ke                :2
Tamatan               :SMA
Pekerjaan              :Koki
Alamat                 :Jln. Medan Area Selatan, Gg. Akusdi No.3A

4.2   Analisa
·           Objek Pertama
P_20171209_181137.jpg  Beliau adalah saudara Diyan yang hidup di desa, seperti yang sudah dijelaskan pada bagian Landasan Teori, bahwa yang dikatakan  fase kanak-kanak awal/ Usia dini, yang kita kenal kebanyakan dari diri seorang anak yang memiliki umur 2- 4 Tahun mereka memiliki tugas perkembangan seperti bermain, hubungan dengan orang tua,  perkembangan teman sebaya, perkembangan gender, permainan dan aktivitas, kualitas personal dan moral.
             Dalam perkembangan sosial seorang anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial anak harus belajar tentang cara-cara penyesuaian diri dengan orang lain.
             Dilihat dari pemantau saya selama penelitian dengan saudara Diyan, ketika ia berada di rumah ia sesosok anak yang sangat aktif, bahkan keaktifan beliau membuat para tetangganya pusing. Mengapa hal ini bisa terjadi?. Ya, hal ini terjadi ketika belaiu sedang bermain sepeda dengan sepeda yang ia miliki. Ketika itu bahkan bisa dikatakan hampir setiap harinya, ketika ia pulang dari sekolah ia selalu bermain sepeda di pinggir pasar, inilah yang membuat para tetangga pusing dibuatnya. Karena para tetangga yang berada dirumahnya takut hal yang tidak akan terjadi tertimpa beliau. Namun terkadang orang tuanya jera menasehatinya supaya tidak bermain sepeda dijalanan. Sebab sosok seorang Diyan jika di nasehati malah ia marah. Marah ini sendiri mencerminkan seorang anak yang mencerminkan bentuk-bentuk tingkah laku berkuasa (ascendat behavior).
             Selain aktif  dalam bermain dan juga memiliki sifat membangkang/ menang sendiri (bentuk perilaku sosial), beliau juga anak yang mudah berbaur dengan siapapun, dari seusianya, dan bahkan orang yang lebih tua dari seusianya. Ia sosok yang tak kenal rasa takut dengan orang lain. Menandakan ia sudah dapat berkomunikasi dan bekerja sama baik dengan se usianya dan diatas se usianya. Diyan selalu bermain di lapangan terbuka dan tak kenal bermain dengan Android dan bahkan orang tuanya tidak memberikannya Android.
                  
P_20171209_181038.jpg
             Dalam proses belajar di TK ia selalu diantar oleh ibunya dan dijemput ketika pulang oleh ibunya. Pelajaran untuk anak TK yang mulai belajar angka, abjad, dan Iqro/ Alquran, ia sendiri sudah bisa menulis huruf, abjad dan dan bahkan bisa menyebutkannya, untuk Iqro dia baru Iqro satu.
             Dari penjelasan di atas bahwa faktor yang mempengaruhi Diyan dalam berkomunikasi dan bekerjasama antara temanya dipengaruhi oleh faktor hereditas dan faktor lingkungan.
             Faktor hereditas ini sendiri terjadi kepada Diyan sebab orang tua Diyan semasa ia kecil sama dengan Diyan, dimana orangtuanya ketika kecil juga susah untuk dinasehati, mudah bergaul dengan orang, dan mudah bermain dengan siapa pun, serta bentuk tubuh dan IQ yang dimiliki Diyan ialah faktor dari Gen ibunya, ibunya sendiri yang memiliki badan mungil. Sedangkan faktor lingkungan, terutama lingkungan di pedesaan jauh lebih luas dan aman jika seorang anak ingin bermain. Hal ini yang menyebabkan Diyan tidak mengenal Android, bahkan ia lebih senang bermain sepeda dan bermain di tanah.



·           Objek Kedua
IMG-20171224-WA0006.jpgBeliau adalah Fira Syafika, bisa dipanggil Aqila. Aqila ini seorang anak bisa dibilang bijak, bijak disini ia selalu menanyakan suatu hal yang menurutnya hal tersebut kurang dipahami olehnya. Sehinga ia mendapat peringkat ke-3 dikelasnya. Selain orang yang bijak, ia juga sosok yang menang sendiri, dan mengadu kepada orang tuanya jika seseorang memainkan mainannya. Namun terkadang ia juga mau berbagi mainan kepada temannya.
P_20171202_201614_1.jpg
             Seperti kebanyakan anak yang tinggal di kota, dan Beliau anak yang ditinggal oleh orangtuanya bekerja dari pagi sampai sore, yang membuat ia  sudah menegenal Android  an sudah diberikan oleh orang tuanya Tabled, Aqila ini sendiri  kurang berkomunikasi dan bermain dengan seumurnya. Yang membuat ia terlihat tidak semesti umurnya, melainkan seperti anak SD, namun kenyataannya ia masih duduk dibangku TK. Untuk berkomunikasi dan bersosilisasi dengan teman sebaya dan diatas umurnya  sangat jarang, karena ia sibuk akan bermain Game di Tabled.
              Dalam proses belajar di TK ia sudah bisa menghafal ayat pendek seperti Al- fatihah, An-Nas, dan  Doa mau makan. Dan ia mendapat juara 3 lomba ayat pendek yang diadakan disekolahnya.
              Dari penjelasan di atas bahwa faktor yang mempengaruhi Aqila dalam berkomunikasi dan bekerjasama antara temanya dipengaruhi oleh faktor hereditas dan faktor lingkungan. Faktor  hereditas yang dimiliki oleh Aqila diturunkan oleh gen ibunya sendiri. Dimana pada masa kecil ibunya, ibunya sesosok anak yang bijak, menanyakan hal-hal yang menurutnya aneh, pintar dan lain sebagainya.  Dan badan yang yang dimiliki Aqila sama dengan ibunya dan ayah nya yang berparas tinggi dan gemuk. Berbeda halnya faktor lingkunagan dimana lingkungan tempat ia tinggal dan sekolah banyak teman sebayanya yang sudah kenal android, dan kurangnya bermain sesama teman sebaya. Hal ini yang membuat aqila kurangnya menjalankan tugas perkembangan seorang anak.



                  














BAB V
PENUTUP

5.1   Kesimpulan

           Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi serta meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja keras. Tak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya. Interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki manusia. Di dalam Islam manusia memiliki tanggung jawab sosial yang berat.
            Dari objek yang saya teliti dapat ditarik kesimpulan, bahwa antara ke dua objek tersebut sudah melaksanakan perkembangan sosial dan tugas perkembangan sebagai seorang anak, seperti diketahui tugas perkembangan anak yaitu bermain, berkomunikasi dengan sebaya dan orang lebih tua, menang sendiri, dll.
             Objek yang dikota dan di desa memiliki kesamaan dan perbedaan dilihat dari segi cara bermain, dimana anak dikota lebih banyak bermain dengan Gadget nya dibandingkan dengan teman sebaya nya, dan sudah dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan benar. Sedangkan objek yang bertempat tinggal di desa lebih banyak bermain di alam, dan berinteraksi serta komunikasi dengan benar.
                  
5.2   Saran

            Dari makalah di atas sangat jauh dari sempurna, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran. Yang dimana sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah. Dan penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kesalahan dari segi bahasa utamanya dari segi  sastra bahasa, dan susunan kata. Demikian, demi kesempurnaan makalah ini.







DAFTAR PUSTAKA


Hasan,  Aliah B. Purwakania . 2006. Psikologi Perkembangan Islami: Menyikapi Rentang Kehidupan
                    Manusia Dari Perkelahian Hingga Pascakematian. Jakarta: Rajawali Press.
Jahja, Yudrik. 2011.  Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Lampiran Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tangga 17 September 2009 Tentang Standar
                    Pendidikan Anak Usia Dini.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2013.  Desmita Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Masganti. 2012.  Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publising.
Masykouri , Ilman Saputra Dan Alzena. 2011. Membangun Sosial-Emosi Anak Di Usia 2-4 Tahun.
                    Jakarta: Dirjen Paudni.
Putra, Nusa. 2012. Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Hildayani, Rini Dkk. 2007. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya.
                    Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wiyani, Novan Ardy. 2014.  Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi Anak Usia
                    Dini: Panduan Bagi Orang Tua & Pendidik PAUD. Yogakarta: Ar-Ruzz Media.
                                                                                            


[1]Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). h. 40.
[2]Lampiran Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tangga 17 September 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, h.2.
[3]Ilman Saputra Dan Alzena Masykouri, Membangun Sosial-Emosi Anak Di Usia 2-4 Tahun, (Jakarta: Dirjen Paudni,2011), h. 8.
[4]Ibid., h. 9.
[5]Yudrik Jahja,  Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 190.
[6]Masganti,  Perkembangan Peserta Didik. (Medan: Perdana Publising, 2012), h. 105.
[7] Samsunuwiyati Mar’at,  Desmita Psikologi Perkembangan. (Bandung:Pt Remaja Rosdakarya, 2013), h. 141-149.
[8]Masganti, Perkembangan Peserta Didik. h. 106-110.
[9] Rini Hildayani Dkk, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h.1.18.
[10] Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami: Menyikapi Rentang Kehidupan Manusia Dari Perkelahian Hingga Pascakematian. (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 47.
[11]Novan Ardy Wiyani, Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi Anak Usia Dini: Panduan Bagi Orang Tua & Pendidik PAUD, (Yogakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 46.  
[12]Ibid., h. 46-50
[13] Nusa Putra. Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2012. Cet. 1 h. 66

No comments:

Bawang Merah Obat COVID-19 (Korona)?

Kali ini dunia fana akan mengulas mengenai virus yang telah membuat gempar seluruh dunia,, Apa lagi kalau bukan virus ...