KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena rahmat
dan karunia-Nya, sehingga saya berhasil menyelesaikan mini riset yang berjudul
“Mini Riset Perbandingan Sosial Anak Desa dan Kota”. Guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik di Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan.
Akhirnya
sebagai pihak yang telah memberikan bantuan fisik, moral, serta material hingga
terselesainya mini riset ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Ibu Nurhayani, S.Ag., SS., M.Si.
2. Orang tua, serta pihak keluarga yang memberikan dukungan baik moril
maupun materiil kepada
penulis.
3. Semua pihak yang paling tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
yang telah membantu menyelesaikan tugas mini riset ini.
Dengan
penuh kesadaran saya menyadari bahwa dalam penyusunan Mini Riset ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sebagai
kesempurnaan sela penulis harapkan, demikian Mini Riset ini semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, 9 Januari 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. 1
Daftar Isi............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................................... 5
2.1 Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak Usia Dini................................................ 5
2.2 Pengertian
Perkembangan Sosial.............................................................................. 5
2.3 Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial........................................................................ 6
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial...................................... 7
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN....................................................................... 9
3.1 Metode penelitian................................................................................................... 9
3.2 Lokasi observasi..................................................................................................... 9
3.3 Objek penelitian...................................................................................................... 10
3.4 Teknik pengumpualan data..................................................................................... 10
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................. 11
4.1 Identitas Objek........................................................................................................ 11
4.2 Analisa..................................................................................................................... 13
BAB V PENUTUP............................................................................................................ 17
5.1
Kesimpulan.............................................................................................................. 17
5.2 Saran........................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi, dan bekerja sama.
Begitu juga dengan halnya seorang anak dilahirkan belum bersifat sosial.
Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk
mencapai kematangan sosial anak harus belajar tentang cara-cara penyesuaian
diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai
kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya baik
orang tua, saudara, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya.[1]
Dalam penelitian
saya ini yang berbentuk Mini Riset, saya akan membahas perkembangan sosial
anak-anak fase kanak-kanak awal.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana perkembangan sosial pada fase kanak-kanak awal?
b. Bagaimana perkembangan sosial antara anak yang di kota dan di desa?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui perkembangan sosial bagi anak-anak awal, baik dari segi teori
dan pengamatan yang saya lakukan.
Mengetahui perkembangan sosial antara anak yang di kota dan di desa.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini/ Masa Kanak-kanak Awal
Karakteristik (bahasa
inggris: characteristic) diartikan sebagai sifat yang khas. Jadi,
karakteristik perkembngan sosial anak usia dini dapat diartikan dengan ciri
khas berbagai perubahan terkait dengan kemampuan anak usia 0-6 tahun dalam
menjalin relasi dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain untuk
mendapatkan keinginannya.
Dalam artian anak yang
dikatakan usia dini, pemerintah mengelompokan menjadi beberapa tahap dan
rentang waktu berikut ini:
1.
Tahap Usia 0-2 Tahun
a.
0-3 bulan
b.
4-6 bulan
c.
7-9 bulan
d.
10-12 bulan
e.
13-18 bulan
f.
19-24 bulan
2.
Tahap Usia 2-4 Tahun
a.
2-3 tahun
b.
3-4 tahun
3.
Tahap Usia 4-6 Tahun
a.
4-5 tahun
b.
5-6 tahun[2]
Terdiri dari 3 tahap usia yang telah dikelompokan oleh
pemerintah, namun yang menjadi objek penelitian dan pembahasan dalam penelitian
saya yaitu Tahap usia 2-4 Tahun. Dimana pada usia 2-3 tahun anak mulai menjalin
hubungan pertemanan. Dalam hubungan pertemanan tersebut, anak ingin disukai
oleh teman-temannya. Anak ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman.
Anak mulai memahami bahwa fungsi pertemanan adalah untuk berbagi, memberi
dukungan, bergantian, dan berbagai keterapilan sosial lainnya.[3]
Pada usia ini anak juga mulai bisa bermain peran dalam suatu permainan
(misalnya menjadi dokter, perwat atau pasien, menjadi penjaga toko atau
pembeli).
Hubungan pertemanan anak mulai meningkat di usia 3-4
tahun. Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan berkembangnya aspek
moralitas pada anak. Anak mulai mengenali mana yang benar dan mana yang tidak
benar. Anak mulai memahami tentang berbohong dan mengapa ia tidak boleh
berbohong, serta memahami tentang kesalahan (mengapa berbuat salah dan apa yang
harus dilakukan untuk kesalahannya). Perkembangan aspek moralitas tersebut juga
menjadikan anak dapat bermain bersama dengan teman-temannya (bermain
kooperatif).[4]
2.2 Pengertian Perkembangan Sosial
Perkembangan
psikososial/sosial merupakan kemampuan untuk beradaptasi terhadap orang lain. Perkembangan
ini sangat berpengaruh terhadap cara anak bersosialisasi terhadap ingkungan
sekitar.[5]
Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan
tradisi serta meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi
dan kerja keras. Tak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang
tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya.
Interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki manusia. Di dalam
Islam manusia memiliki tanggung jawab sosial yang berat.[6]
Dalam perkembangan
psikososial, aspek yang paling penting dalam perkembangan psikososial yang
terjadi pada masa kanak-kanak awal/usia dini, diantaranya permainan, hubungan
dengan orang tua, perkembangan teman
sebaya, perkembangan gender, permainan dan aktivitas, kualitas personal dan
moral.[7]
2.3 Bentuk- Bentuk Tingkah Laku Sosial
Dalam perkembangan menuju
kematangan sosial, anak mewujudkan tingkah laku sosial dalam interaksi sosial
diantaranya:
1.
Pembangkang (negativisme)
Tingakah laku ini terjadi sebagai
reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang
tidak sesuai dengan keinginan anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18
bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia
empat hingga enam tahun.
2.
Agresi (Agression)
Agresi adalah perilaku menyerang balik
secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah
bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi
kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang
seperti:mencubit, mengigit, menendang, dan lain sebagainya.
3.
Berselisih (clashing)
Sikap ini terjadi jika anak merasa
tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain. Anak-anak selalu
berselisih pendapat tentang suatu masalah. Misalnya mereka berselisih dalam
peraturan permainan yang sedang mereka mainkan.
4.
Menggoda (Teasing)
Mengoda merupakan bentuk lain
dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain
dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemohan) yang menimbulkan marah pada
orang yang digodanya.
5.
Persaingan (Rivaly)
Persaingan adalah keinginan untuk melebihi
orang lain dan selalu didorong oleh
orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan
prestise.
6.
Kerjasama (Coopration)
Sikap mau bekerjasama dengan orang lain mulai
nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun. Sikap yang dapat
dikembangkan melalui kegiatan bermain bersama. Belajar berkellompok dapat
membantu anak mengembangkan sikap kerjasama.
7.
Tingkah Laku Berkuasa (Ascendat behavior)
Tingkah laku untuk menguasai situasi sosial,
mendominasi atau bersikap bos. Wujud dari sikap ini adalah memaksa, meminta,
menyuruh, mengancam, dan sebagainya.
8.
Mementingkan Diri Sendiri (Selffishness)
Sikap egosentri dalam memenuhi interest atau
keinginannya sendiri. Anak-anak menyukai hal-hal yang menguntungkan dirinya.
Mereka melakukan sesuatu hal yang dapat menyenangkan dirinya, meskipun hal itu
kadang-kadang bertentangan dengan kepentingan atau bahkan merugikan orang lain.
9.
Simpati (Sympaty)
Simpati merupakan sikap emosianal yang
mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendakati
atau bekerjasama dengan dirinya. Mereka rela berbagi apa yang mereka miliki.
[8]
2.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Sosial seorang anak terbagi menjadi 3 faktor, diantaranya:
1.
Faktor Hereditas/ Nature
Faktor hereditas/ Nature merupakan karakteristik bawaan yang diturunkan
dari orangtua biologis atau orangtua kandung kepada anaknya. Mudahnya, faktor
hereditas ini berhubungan dengan hal-hal yang diturunkan dari orang tua kepada
anak cucunya. Jadi dapatlah dikatakan, faktor hereditas/ nature merupakan
pemberian biologis sejak lahir. [9]
Pada sudut pandang hereditas, karakteristik seorang anak dipengaruhi oleh
gen yang merupakan karakteristik bawaan yang
diwariskan (genotif) dari orangtuanya, yang akan terlihat sebagai
karakteristik yang dapat diobservasi (fenotif). Gen merupakan cetak biru dari
perkembangan yang tetap diturunkan dari generasi ke generasi. Fentif merupakan
karakter individu yang terlihat langsung oleh mata sehari-hari yang tercipta
ari cetak biru tersebut. Gen orangtua diwariskan kepada anak-anaknya melalui
orangtuanya pada saat pembuahan.[10]
Gen yang diterima anak dari orangtuanya pada saat pembuahan akan berpengaruh
terhadap karakteristik dan keterampilan anak dikemudian hari.
Pada disiplin ilmu pendidikan, orang yang mempercayai bahwa perkembangan
seorang anak dipengaruhi oleh faktor hereditas disebut dengan aliran nativisme.
Pelopornya adalah Sahopenhauer. Aliran tersebut berpendapat bahwa perkembngan
anak telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawanya sejak lahir. Hereditas
oleh aliran ini disebut juga dengan pembawaan.
Dalam perspektif hereditas, perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi
oleh bakat dan sifat-sifat keturunan.
a.
Bakat
Bakat diibaratkan seperti bibit
kesanggupan atau bibit kemungkinan yang terkandung pada diri anak. Setiap anak
memiliki berbagai macam bakat sebagai pembanwaannya, seperti bakat musik, seni,
host, dan lainnya. Bakat yang dimiliki oleh seorang anak pada dasarnya
diwarisi oleh orangtuanya, bisa bapak atau ibunya atau bahkan nenek moyangnya.
Bahkan kecedasan sosial dan emosional seorang anak juga dipengaruhi oleh
bakatnya.
b.
Sifat-sifat keturunan
Sifat-sifat keturunan yang diwariskan oleh
orangtua atau nenek moyangnya pada seorang anak dapat berupa fisik maupun
psikis. Mengenai fisiknya, seperti bentuk hidung, bentuk badan, dan suatu
penyakit. Sementara mengenai psikisnya, seperti sifat pemalas, sifat pemarah,
pandai, gemar bicara, gemar bergaul, supel dan lain sebagainya.[11]
2.
Faktor lingkungan/ Nurture
Faktor lingkungan diartikan sebagai
kekuatan yang kompleks dari dunia fisik dan sosial yang memiliki pengaruh
terhadap susunan biologis serta pengalaman psikologis, termasuk pengalaman
sosial anak sejak sebelum ada dan sesudah ia lahir. Faktor lingkungan ini
meliputi semua pengaruh lingkungan, termasuk didalamnya pengaruh-pengaruh keluarga,
sekolah, dan masyarakat.[12]
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan penelitian tersebut diharapkan
dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna,
kenyataan dan fakta yang relevan. Informasi faktual yang dicari dengan
mendeskripsikan fakta-fakta yang ada. Dengan metode kualitatif ini, diharapkan
dapat menggali data-data tentang perkembangan sosial fase kanak-kanak awal (usia 4 tahun). Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat dan mengkaji
data-data faktual tentang kegiatan sehari-hari yang terjadi di lapangan, kemudian
mendeskripsikan hasil temuan dalam bentuk tulisan.
Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang jenis datanya bersifat nonangka. Bisa
berupa kalimat, pernyataan, dokumen, serta data lain yang bersifat kualitatif
untuk dianalisis secara kualiatif. Menurut Denzin & Licoln, penelitian
kualitatif merupakan fokus perhatian dengan beragam metode yang mencakup
pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap subjek kajiannya. Hal ini
berarti bahwa para peneliti kualitatif mempelajari benda-benda di dalam konteks
alaminya, yang berupaya untuk memahami, atau menafsirkan, fenomena dilihat dari
sisi makna yang dilekatkan manusia (peneliti) kepadanya.
Menurut Strauss & Corbin,
istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang riwayat dan
perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan
sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana
data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.[13]
3.2 Lokasi Observasi
Lokasi observasi adalah di Rumah saudara Diyan Pratama yang berlokasi di
Jln. Tj.Anom, Desa Tandam Hilir II, Kec.
H. perak, Kab.Deli Serdang. Dan di Rumah saudara Fira Syafika yang berlokasi di
Jln. Medan Area Selatan, Gg. Akusdi No 3A.
3.3
Objek Observasi
Objek observasi adalah anak yang berusia 4 Tahun.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Untuk
menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Wawancara
Menurut Koentjaraningrat “Wawancara adalah cara
yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk mendapatkan informasi dan
secara lisan pembentukan responden, untuk berkomunikasi tatap muka.” Sedangkan
menurut Lexy J. Moleong “Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan
pertanyaan) dan diwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu).” Metode wawancara ini dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab
langsung dengan narasumber yang terkait yaitu Orangtua.
2.
Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto “Observasi adalah
pengamatan langsung dari lingkungan fisik atau pengamatan langsung suatu
kegiatan yang sedang berlangsung yang mencakup semua kegiatan perhatian
ke objek dengan menggunakan alat penilaian sensorik. Atau sautu
pekerjaan yang dilakukan dengan sengaja dan sadar untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan prosedur yang sistematis dan tepat”. Metode observasi ini dilakukan dengan melalui pengamatan kegitan si anak
tersebut.
3.
Waktu Pelaksanaan
Dilakukan pada tanggal 02 Desember 2017 sampai
dengan penyelesaian pembuatan hasil penelitian.
4.
Dokumentasi
Yaitu teknik untuk memperoleh data dari responden. Pada teknik ini,
peneliti memperoleh informasi dari dokumen yang ada dari responden atau tempat
dimana responden di wawancarai. Dokumen yang dikumpulkan seperti, gambar dari anak tersebut dan ketika ia
sedang bermain.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Identitas
Objek
§
Data Objek Pertama
-
Anak
Nama :Diyan
Pratama
Tpt/
Tgl. Lahir :Tj. Anom, 6 Desember 2013
Umur
:4 Tahun
Agama : Islam
Suku :Jawa
Anak
ke :1 dari 2 bersaudara
Sekolah :TK Permata Sari, Tj. Anom,
Tandam Hilir II
Alamat :Jln. Tj.Anom, Tandam Hilir II,
Kec. Hamparan Perak
-
Ibu
Nama :Mardiana
Tpt/ Tgl. Lahir :Medan, 27 November
1976
Usia :41 Tahun
Agama : Islam
Suku :Jawa
Anak ke :1
Tamatan :SMA
Pekerjaan :IRT (Ibu Rumah
Tangga)
Alamat :Jln. Tj.Anom,
Tandam Hilir II, Kec. Hamparan Perak
-
Ayah
Nama :Surianto
Tpt/ Tgl. Lahir :Tj. Anom, 2
Februari 1979
Usia :39 Tahun
Agama : Islam
Suku :Jawa
Anak ke :6
Tamatan :SMA
Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat :Jln. Tj.Anom,
Tandam Hilir II, Kec. Hamparan Perak
§
Data Objek Kedua
-
Anak
Nama :Fira
Syahfika
Tpt/ Tgl. Lahir :Medan,
3 Juni 2013
Umur :4
Tahun
Agama :
Islam
Suku :Jawa
Anak ke :1
dari 1 bersaudara
Sekolah :Nurul
Islam Indonesia (NII)
Alamat :Jln.
Medan Area Selatan, Gg. Akusdi No.3A
-
Ibu
Nama :Dini
Rafadilah
Tpt/ Tgl. Lahir :Medan, 15
Februari 1991
Usia :26 Tahun
Agama : Islam
Suku :Jawa
Anak ke :2
Tamatan :SMA
Pekerjaan :IRT (Ibu Rumah
Tangga)
Alamat :Jln. Medan
Area Selatan, Gg. Akusdi No.3A
-
Ayah
Nama :Fitra Tata
Larangga
Tpt/ Tgl. Lahir : Pangkalan
Brandan, 27 Maret 1986
Usia :31 Tahun
Agama : Islam
Suku :Jawa
Anak ke :2
Tamatan :SMA
Pekerjaan :Koki
Alamat :Jln. Medan
Area Selatan, Gg. Akusdi No.3A
4.2 Analisa
·
Objek Pertama
Beliau adalah saudara Diyan yang hidup di
desa, seperti yang sudah dijelaskan pada bagian Landasan Teori, bahwa yang
dikatakan fase kanak-kanak awal/ Usia
dini, yang kita kenal kebanyakan dari diri seorang anak yang memiliki umur 2- 4
Tahun mereka memiliki tugas perkembangan seperti bermain, hubungan dengan orang
tua, perkembangan teman sebaya,
perkembangan gender, permainan dan aktivitas, kualitas personal dan moral.
Dalam perkembangan
sosial seorang anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum
memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan
sosial anak harus belajar tentang cara-cara penyesuaian diri dengan orang lain.
Dilihat dari pemantau
saya selama penelitian dengan saudara Diyan, ketika ia berada di rumah ia
sesosok anak yang sangat aktif, bahkan keaktifan beliau membuat para
tetangganya pusing. Mengapa hal ini bisa terjadi?. Ya, hal ini terjadi ketika
belaiu sedang bermain sepeda dengan sepeda yang ia miliki. Ketika itu bahkan
bisa dikatakan hampir setiap harinya, ketika ia pulang dari sekolah ia selalu
bermain sepeda di pinggir pasar, inilah yang membuat para tetangga pusing
dibuatnya. Karena para tetangga yang berada dirumahnya takut hal yang tidak
akan terjadi tertimpa beliau. Namun terkadang orang tuanya jera menasehatinya
supaya tidak bermain sepeda dijalanan. Sebab sosok seorang Diyan jika di
nasehati malah ia marah. Marah ini sendiri mencerminkan seorang anak yang
mencerminkan bentuk-bentuk tingkah laku berkuasa (ascendat behavior).
Selain aktif dalam bermain dan juga memiliki sifat
membangkang/ menang sendiri (bentuk perilaku sosial), beliau juga anak yang
mudah berbaur dengan siapapun, dari seusianya, dan bahkan orang yang lebih tua
dari seusianya. Ia sosok yang tak kenal rasa takut dengan orang lain.
Menandakan ia sudah dapat berkomunikasi dan bekerja sama baik dengan se usianya
dan diatas se usianya. Diyan selalu bermain di lapangan terbuka dan tak kenal
bermain dengan Android dan bahkan orang tuanya tidak memberikannya Android.
Dalam proses belajar di
TK ia selalu diantar oleh ibunya dan dijemput ketika pulang oleh ibunya.
Pelajaran untuk anak TK yang mulai belajar angka, abjad, dan Iqro/ Alquran, ia
sendiri sudah bisa menulis huruf, abjad dan dan bahkan bisa menyebutkannya, untuk
Iqro dia baru Iqro satu.
Dari penjelasan di atas
bahwa faktor yang mempengaruhi Diyan dalam berkomunikasi dan bekerjasama antara
temanya dipengaruhi oleh faktor hereditas dan faktor lingkungan.
Faktor hereditas ini
sendiri terjadi kepada Diyan sebab orang tua Diyan semasa ia kecil sama dengan
Diyan, dimana orangtuanya ketika kecil juga susah untuk dinasehati, mudah
bergaul dengan orang, dan mudah bermain dengan siapa pun, serta bentuk tubuh
dan IQ yang dimiliki Diyan ialah faktor dari Gen ibunya, ibunya sendiri yang
memiliki badan mungil. Sedangkan faktor lingkungan, terutama lingkungan di
pedesaan jauh lebih luas dan aman jika seorang anak ingin bermain. Hal ini yang
menyebabkan Diyan tidak mengenal Android, bahkan ia lebih senang bermain sepeda
dan bermain di tanah.
·
Objek Kedua
Beliau adalah Fira Syafika, bisa dipanggil
Aqila. Aqila ini seorang anak bisa dibilang bijak, bijak disini ia selalu
menanyakan suatu hal yang menurutnya hal tersebut kurang dipahami olehnya.
Sehinga ia mendapat peringkat ke-3 dikelasnya. Selain orang yang bijak, ia juga
sosok yang menang sendiri, dan mengadu kepada orang tuanya jika seseorang
memainkan mainannya. Namun terkadang ia juga mau berbagi mainan kepada
temannya.
Seperti kebanyakan anak
yang tinggal di kota, dan Beliau anak yang ditinggal oleh orangtuanya bekerja
dari pagi sampai sore, yang membuat ia
sudah menegenal Android an sudah
diberikan oleh orang tuanya Tabled, Aqila ini sendiri kurang berkomunikasi dan bermain dengan
seumurnya. Yang membuat ia terlihat tidak semesti umurnya, melainkan seperti
anak SD, namun kenyataannya ia masih duduk dibangku TK. Untuk berkomunikasi dan
bersosilisasi dengan teman sebaya dan diatas umurnya sangat jarang, karena ia sibuk akan bermain
Game di Tabled.
Dalam proses belajar di
TK ia sudah bisa menghafal ayat pendek seperti Al- fatihah, An-Nas, dan Doa mau makan. Dan ia mendapat juara 3 lomba
ayat pendek yang diadakan disekolahnya.
Dari penjelasan di atas
bahwa faktor yang mempengaruhi Aqila dalam berkomunikasi dan bekerjasama antara
temanya dipengaruhi oleh faktor hereditas dan faktor lingkungan. Faktor hereditas yang dimiliki oleh Aqila diturunkan
oleh gen ibunya sendiri. Dimana pada masa kecil ibunya, ibunya sesosok anak
yang bijak, menanyakan hal-hal yang menurutnya aneh, pintar dan lain
sebagainya. Dan badan yang yang dimiliki
Aqila sama dengan ibunya dan ayah nya yang berparas tinggi dan gemuk. Berbeda
halnya faktor lingkunagan dimana lingkungan tempat ia tinggal dan sekolah
banyak teman sebayanya yang sudah kenal android, dan kurangnya bermain sesama
teman sebaya. Hal ini yang membuat aqila kurangnya menjalankan tugas
perkembangan seorang anak.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perkembangan sosial dapat pula diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
moral, dan tradisi serta meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan kerja keras. Tak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi
dengan manusia lainnya. Interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang
dimiliki manusia. Di dalam Islam manusia memiliki tanggung jawab sosial yang
berat.
Dari objek yang saya
teliti dapat ditarik kesimpulan, bahwa antara ke dua objek tersebut sudah
melaksanakan perkembangan sosial dan tugas perkembangan sebagai seorang anak,
seperti diketahui tugas perkembangan anak yaitu bermain, berkomunikasi dengan
sebaya dan orang lebih tua, menang sendiri, dll.
Objek yang dikota dan di
desa memiliki kesamaan dan perbedaan dilihat dari segi cara bermain, dimana
anak dikota lebih banyak bermain dengan Gadget nya dibandingkan dengan teman
sebaya nya, dan sudah dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan benar.
Sedangkan objek yang bertempat tinggal di desa lebih banyak bermain di alam,
dan berinteraksi serta komunikasi dengan benar.
5.2 Saran
Dari makalah di atas sangat jauh dari sempurna, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran. Yang dimana sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah. Dan penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kesalahan
dari segi bahasa utamanya dari segi
sastra bahasa, dan susunan kata. Demikian, demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Aliah B. Purwakania . 2006. Psikologi
Perkembangan Islami: Menyikapi Rentang Kehidupan
Manusia Dari Perkelahian Hingga Pascakematian.
Jakarta: Rajawali Press.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Lampiran Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009
Tangga 17 September 2009 Tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2013. Desmita Psikologi Perkembangan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan:
Perdana Publising.
Masykouri , Ilman Saputra Dan Alzena. 2011. Membangun
Sosial-Emosi Anak Di Usia 2-4 Tahun.
Jakarta: Dirjen
Paudni.
Putra, Nusa.
2012. Penelitian Kualitatif.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Hildayani, Rini Dkk. 2007. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak
Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya.
Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Wiyani, Novan Ardy. 2014. Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan
Sosial & Emosi Anak Usia
Dini: Panduan Bagi Orang Tua & Pendidik
PAUD. Yogakarta: Ar-Ruzz Media.
[1]Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya.
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). h. 40.
[2]Lampiran Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tangga 17 September 2009 Tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini, h.2.
[3]Ilman Saputra Dan Alzena Masykouri, Membangun Sosial-Emosi Anak Di Usia
2-4 Tahun, (Jakarta: Dirjen Paudni,2011), h. 8.
[5]Yudrik Jahja, Psikologi
Perkembangan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 190.
[7] Samsunuwiyati Mar’at, Desmita
Psikologi Perkembangan. (Bandung:Pt Remaja Rosdakarya, 2013), h. 141-149.
[8]Masganti, Perkembangan Peserta Didik. h. 106-110.
[10] Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami: Menyikapi
Rentang Kehidupan Manusia Dari Perkelahian Hingga Pascakematian. (Jakarta:
Rajawali Press, 2006), h. 47.
[11]Novan Ardy Wiyani, Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial &
Emosi Anak Usia Dini: Panduan Bagi Orang Tua & Pendidik PAUD, (Yogakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014), h. 46.
No comments:
Post a Comment